SEJARAH DAN BUDAYA

Luka, Gerilya, Logika, Merdeka

Berbagai perang dan perundingan kita lalui untuk meraih kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan sama sekali tidak mudah. Para pejuang kemerdekaan harus bangkit dari luka ketertindasan, angkat senjata, dan putar akal untuk meraihnya. 

 

Masa sulit akibat penjajahan membuat rakyat Indonesia bersatu untuk mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan Indonesia. Perlawanan terus dilakukan, hingga perjuangan menuai hasil.

 

Untuk mengenang, berikut ini adalah beberapa momen dalam perjalanan sejarah kemerdekaan Indonesia:

 

1. Masa penjajahan

 

Belanda masuk ke Indonesia dan mendirikan kongsi dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), yang memonopoli perdagangan Indonesia, melakukan penindasan, sampai pemerasan kepada rakyat.

 

Setelah VOC dibubarkan, mereka mendirikan pemerintah Hinda Belanda yang membuat bangsa kita semakin sengsara, karena sistem tanam paksa dan membangun fasilitas jalan di beberapa wilayah Pulau Jawa.

 

Setelah menguasai Indonesia selama 350 tahun, akhirnya Belanda menyerahkan Indonesia kepada Jepang tanpa syarat dalam perjanjian Kalijati pada 1942. Penindasan masih berlangsung hingga 3.5 tahun ke depan.

 

2. Jepang menyerah dari sekutu

 

Pada 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada sekutu. Hal ini terjadi setelah dua kota industri di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika Serikat pada 6 dan 9 bulan Agustus 1945.

 

Mendengar kabar tersebut, para tokoh senior kala itu langsung segera menginisiasi berdirinya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang diketuai Dr. Radjiman Widyodiningrat, yang kemudian berganti nama jadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dipimpin oleh dwitunggal, Soekarno dan Mohammad Hatta.

 

Radjiman bersama Soekarno dan Hatta berangkat ke Vietnam pada 10 Agustus untuk bertemu Panglima Tentara Jepang di Asia Tenggara Marsekal Hisaichi Terauchi. Di sana disepakati Negeri Matahari Terbit memberikan kemerdekaan ke Indonesia.

 

3. Pengasingan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok

 

Syutan Syahrir, Chairul Saleh, Wikana, Sukarni, D.N Aidit, sampai Soebadio menemui Soekarno dan Hatta yang baru pulang dari Vietnam dan mendesak mereka agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Golongan muda menginginkan kemerdekaan harus atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. Namun, Soekarno dan Hatta tak mau mengikutinya, karena berisiko bisa menimbulkan pertumpahan darah.

 

Kemudian, golongan pemuda nekad menculik Soekarno dan Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 dini hari WIB. Di sana keduanya kembali didesak untuk memproklamasikan kemerdekaan lebih awal dari waktu yang sudah ditentukan pada 24 Agustus 1945. 

 

Akhirnya mereka bersepakat untuk mempercepat pembacaan proklamasi, dengan syarat, Subardjo bisa membawa Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta dan menyiapkan teknisnya.

 

4. Penyusunan teks proklamasi

 

Perumusan teks proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Maeda pada 16 Agustus 1945. Mereka membahas mengenai hal-hal yang sudah disepakati bersama dengan golongan muda. 

 

Pasca pertemuan itu, sidang PPKI digelar untuk segera mempercepat pembacaan proklamasi Indonesia. Mereka bersama anggota PPKI dan beberapa golongan muda pun kembali ke rumah Maeda untuk mempersiapkan hal tersebut, termasuk merumuskan teks proklamasi.

 

Perumusan teks proklamasi dilakukan oleh Soekarno, Hatta, dan Soebardjo secara bersama-sama, serta disaksikan beberapa golongan muda seperti Sukarni, Sudiro dan BM Diah. Setelah selesai, naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik untuk dibacakan pada 17 Agustus 1945. 

 

5. Pembacaan teks proklamasi

 

Tepat pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, di halaman rumahnya sendiri di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Soekarno membacakan naskah proklamasi. Setelah itu, bendera Merah Putih yang sudah dijahit oleh Fatmawati Soekarno dikibarkan oleh prajurit PETA, Latief Hendradiningrat, setelah sebelumnya Trimurti menolak mengibarkan. Berita ini kemudian disebarkan ke seluruh penjuru negeri melalui radio dan media masa. 

 

6.   Perobekan bendera Belanda

 

Pada 19 September 1945, terjadi insiden di Hotel Yamato, Surabaya. Saat itu, arek-arek Surabaya melakukan perobekan bendera Belanda, sehingga menyisakan warna merah dan putih saja. Peristiwa ini terjadi akibat gagalnya perundingan antara Sudirman (residen Surabaya) dan WVC Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda triwarna (merah, putih, biru). 

 

Mengetahui situasi perundingan tidak berjalan baik, massa di luar segera mendobrak masuk ke Hotel Yamato. Hariyono bersama Kusno Wibowo berhasil memanjat tiang bendera, menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya kembali ke puncak tiang sebagai bendera merah putih. 

  

 

Itu dia beberapa peristiwa-peristiwa penting yang diceritakan secara singkat dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Tentunya masih banyak peristiwa lainnya. Seperti perang gerilya pasca kemerdekaan di agresi militer Belanda kedua, dan berbagai perjuangan lainnya pra kemerdekaan.

 

Nah, dalam rangka menyambut hari kemerdekaan yang ke-76 ini, Kelaskita akan menghadirkan seri ilustrasi perjuangan Bangsa Indonesia merebut kemerdekaan. Rangkaian ilustrasi ini akan di posting di instagram @kelaskitadotcom mulai tanggal 6 sampai 16 Agustus 2021. Silakan disimak dan diapresiasi ya, Teman Kelaskita. Merdeka!

Suka dengan Artikel ini? Jangan Lupa beri likes dan share ke temanmu

456
4
Simpan
Share

Komentar

Belum ada komentar

(*) Berkomentarlah secara bijaksana
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.